Jumat, 23 Desember 2011


 SAUMI FIJRIYAH
201110104228/E-ANV

PENATALAKSANAAN PREEKLAMSI
Tata laksana umum
1.      Diet biasa tanpa pembatasan garam
2.      Asupan cairan tidak dibatasi (tetapi asupan dan pengeluaran dicatat
3.      Posisi miring ke samping meningkatkan aliran darah ginjal yang akan mengurangi sebagian besar oedema
4.      Sediakan perawatan dan penanganan untuk komplikasi obstetris resiko tinggi.
5.      Kunci penatalaksanaan adalah tirah baring dan pelahiran
Mereka yang yang dapat dipercaya dan mengalami preeklamsia sangat ringan (biasanya hanya hipertensi sesaat) dapat diterapi dengan protokol berikut sebagai pasien rawat jalan dengan pengawasan ketat.
1.      Tirah baring
2.      Penilaian tekanan darah setiap 4 jam (jika pasien bangun)
3.      Penilaian proteinuria setiap hari dengan dipstik urin
4.      Kunjungan dokter palinbg sedikit 2 kali dalam seminggu
5.      Melakukan uji tanpa beban (nonstress test) setiap minggu (atau pemeriksaan kesejahteraan janin lainnya)
6.      Penghitungan gerakan janin oleh ibu
7.      Mengajarkan pasien dengan cermat tentang berbagai tanda klinis yang memerlukan reawat inap segera: proteinuria, peningkatan takanan darah, sakit kepala hebat dan nyeri epigastrik.
Rawat inap ibu akan membantu mencegah persalinan prematur dan karena itu akan lebih murah (dibandingkan dengan perawatan neonatus prematur)
1.      Tirah baring
2.      Menimbang berat badan setiap hari
3.      Mengukur tekanan darah setiap 4 jam
4.      Penilaian proteinuria setiap hari dengan dipstik urine.
5.      Pemeriksaan urine 24 jam setiap dua kali seminggu untuk :
a.       Klirens kreatinin
b.      Protein total
6.      Pada saat masuk dan setiap minggu berikutnya
a.       Penilaian fungsi hati
b.      Asam urat dan kreatinin
c.       Elektrolit
d.      Albumin serum
e.        Profil koagulasi
7.      Ultrasonografi untuk menentukan umur kehamilan
8.      Pemeriksaan kesejahteraan janin setiap minggu
9.      Pemeriksaan toleransi glukosa dianjurkan setelah usia kehamilan 20 minggu  jika pasien mengalami hiperglikemia atau kehamilan multipel
10.  Diperlukan pemeriksaan asam venillilmandelat jika terjadi fluktuasi tekanan darah yang lebar
11.  Pulangkan pasien untuk tirah baring di rumah jika
a.       Tekanan darah menurun sampai ≤ 120/80 mmhg
b.      Proteinuria ≤ 150 mg/24 jam dan fungsi ginjal normal
c.       Tidak ada bukti iritabilitas sistem saraf pusat
12.  Lahirkan janin jika sudah terjadi maturitas fisiologis (amniosintesis dan pemeriksaan)
13.  Kembali ke rumah sakit untuk tirah baring dan kemungkinan persalinan jika terjadi kekambuhan
14.  Jika diperlukan persalinan dini, upayakan induksi bila serviks memadai (skor bishop ≥6-7). Jika induksi bukan merupakan pilihan yang baik, jika persalinan tertunda, atau jika terjadi gawat janin, lakukan seksio sesarea.

Indikasi persalinan
1.      Kriteria tekanan darah
a.       Diastolik tetap > 100 selama 24 jam
b.      Diastolik tekanan darah tunggal >110 meskipun tirah baring
2.      Kelainan laboratorium
a.       Proteinuria>1g/24 jam
b.      Peningkatan kreatinin serum
c.       Pemeriksaan fungsihati abnormal
d.      Trombositopenia
3.      Komplikasi ibu
a.       Sindrom HELLP
b.      Eklamsia
c.       Edema paru
d.      Dekompensi jantung
e.       Koagulasi
f.       Gagal ginjal
g.      Nyeri epigastrik, gejala-gejala serebral
4.      Kelainan janin
a.       Gawat janin
b.      NST, CST atau BPP abnormal
c.       Janin KMK dengan kegagalan tumbuh pada ultrasonografi mingguan

Preeklamsia berat
Ibu dengan preeklamsia berat dan bayinya paling baik dirawat di pusat kesehatan tersier. Tujuan penatakalsanana adalah pencegahan kejang, pengendalian tekanan darah ibu dan memulai persalinan.\
1.      Untuk kehamilan <25 minggu, pertimbangkan abortus dengan prostaglandin E2  supositoria
2.      Untuk kehamilan 25-27 minggu, penatalakasaan konservatif (menunda persalinan) dapat dibenarkan, tetapi komplikasi ibu (solusio palsenta, eklamsia, koagulopati, gagal ginjal, ensefalopati hipertensi, dan ruptur hati) serta keluaran perinatal yang buruk (lahir mati dan kematian neonatus) terjadi pada sebagian besar pasien.
3.      Untuk kehamilan ≥28 minggu dan tersedia perawatan tersier, persalinan setelah stabilisasi ibu jangka pendek merupakan tetapi pilihan
4.      Penilaian laboratorium serupa denga preeklamsia ringan tetapi pada kasus berat mungkin diperlukan pemantauan hemodinamik dan elektrokardiografi
5.      Tentukan kematangan paru janin. Ulangi setiap minggu untuk segera melakukan persalinan begitu bayi mungkin hidup
6.      Untuk ibu dengan preeklamsia berat dapat mulai dengan pemberian magnesium sulfat untuk mencegah kejang. MGSO4 mencegah kejang melalui aksi langsung pada sistem saraf pusat.
7.      Penggunaan kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru tidak membahayakan janin tetapi efektivitasnya masih diperdebatkan
8.      Persalinan segera harus dipertimbangkan untuk berbagai indikasi yang disebutkan sebelumnya (Benson, 2008: 373-375).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar