SAUMI FIJRIYAH
201110104228/E-ANV
PENATALAKSANAAN PREEKLAMSI
Tata laksana umum
1. Diet
biasa tanpa pembatasan garam
2. Asupan
cairan tidak dibatasi (tetapi asupan dan pengeluaran dicatat
3. Posisi
miring ke samping meningkatkan aliran darah ginjal yang akan mengurangi
sebagian besar oedema
4. Sediakan
perawatan dan penanganan untuk komplikasi obstetris resiko tinggi.
5. Kunci
penatalaksanaan adalah tirah baring dan pelahiran
Mereka yang yang dapat dipercaya dan
mengalami preeklamsia sangat ringan (biasanya hanya hipertensi sesaat) dapat
diterapi dengan protokol berikut sebagai pasien rawat jalan dengan pengawasan
ketat.
1. Tirah
baring
2. Penilaian
tekanan darah setiap 4 jam (jika pasien bangun)
3. Penilaian
proteinuria setiap hari dengan dipstik urin
4. Kunjungan
dokter palinbg sedikit 2 kali dalam seminggu
5. Melakukan
uji tanpa beban (nonstress test) setiap minggu (atau pemeriksaan kesejahteraan
janin lainnya)
6. Penghitungan
gerakan janin oleh ibu
7. Mengajarkan
pasien dengan cermat tentang berbagai tanda klinis yang memerlukan reawat inap
segera: proteinuria, peningkatan takanan darah, sakit kepala hebat dan nyeri
epigastrik.
Rawat
inap ibu akan membantu mencegah persalinan prematur dan karena itu akan lebih
murah (dibandingkan dengan perawatan neonatus prematur)
1. Tirah
baring
2. Menimbang
berat badan setiap hari
3. Mengukur
tekanan darah setiap 4 jam
4. Penilaian
proteinuria setiap hari dengan dipstik urine.
5. Pemeriksaan
urine 24 jam setiap dua kali seminggu untuk :
a. Klirens
kreatinin
b. Protein
total
6. Pada
saat masuk dan setiap minggu berikutnya
a. Penilaian
fungsi hati
b. Asam
urat dan kreatinin
c. Elektrolit
d. Albumin
serum
e. Profil koagulasi
7. Ultrasonografi
untuk menentukan umur kehamilan
8. Pemeriksaan
kesejahteraan janin setiap minggu
9. Pemeriksaan
toleransi glukosa dianjurkan setelah usia kehamilan 20 minggu jika pasien mengalami hiperglikemia atau
kehamilan multipel
10. Diperlukan
pemeriksaan asam venillilmandelat jika terjadi fluktuasi tekanan darah yang
lebar
11. Pulangkan
pasien untuk tirah baring di rumah jika
a. Tekanan
darah menurun sampai ≤ 120/80 mmhg
b. Proteinuria
≤ 150 mg/24 jam dan fungsi ginjal normal
c. Tidak
ada bukti iritabilitas sistem saraf pusat
12. Lahirkan
janin jika sudah terjadi maturitas fisiologis (amniosintesis dan pemeriksaan)
13. Kembali
ke rumah sakit untuk tirah baring dan kemungkinan persalinan jika terjadi
kekambuhan
14. Jika
diperlukan persalinan dini, upayakan induksi bila serviks memadai (skor bishop
≥6-7). Jika induksi bukan merupakan pilihan yang baik, jika persalinan
tertunda, atau jika terjadi gawat janin, lakukan seksio sesarea.
Indikasi
persalinan
1. Kriteria
tekanan darah
a. Diastolik
tetap > 100 selama 24 jam
b. Diastolik
tekanan darah tunggal >110 meskipun tirah baring
2. Kelainan
laboratorium
a. Proteinuria>1g/24
jam
b. Peningkatan
kreatinin serum
c. Pemeriksaan
fungsihati abnormal
d. Trombositopenia
3. Komplikasi
ibu
a. Sindrom
HELLP
b. Eklamsia
c. Edema
paru
d. Dekompensi
jantung
e. Koagulasi
f. Gagal
ginjal
g. Nyeri
epigastrik, gejala-gejala serebral
4. Kelainan
janin
a. Gawat
janin
b. NST,
CST atau BPP abnormal
c. Janin
KMK dengan kegagalan tumbuh pada ultrasonografi mingguan
Preeklamsia
berat
Ibu
dengan preeklamsia berat dan bayinya paling baik dirawat di pusat kesehatan
tersier. Tujuan penatakalsanana adalah pencegahan kejang, pengendalian tekanan
darah ibu dan memulai persalinan.\
1. Untuk
kehamilan <25 minggu, pertimbangkan abortus dengan prostaglandin E2 supositoria
2. Untuk
kehamilan 25-27 minggu, penatalakasaan konservatif (menunda persalinan) dapat
dibenarkan, tetapi komplikasi ibu (solusio palsenta, eklamsia, koagulopati,
gagal ginjal, ensefalopati hipertensi, dan ruptur hati) serta keluaran
perinatal yang buruk (lahir mati dan kematian neonatus) terjadi pada sebagian
besar pasien.
3. Untuk
kehamilan ≥28 minggu dan tersedia perawatan tersier, persalinan setelah
stabilisasi ibu jangka pendek merupakan tetapi pilihan
4. Penilaian
laboratorium serupa denga preeklamsia ringan tetapi pada kasus berat mungkin
diperlukan pemantauan hemodinamik dan elektrokardiografi
5. Tentukan
kematangan paru janin. Ulangi setiap minggu untuk segera melakukan persalinan
begitu bayi mungkin hidup
6. Untuk
ibu dengan preeklamsia berat dapat mulai dengan pemberian magnesium sulfat
untuk mencegah kejang. MGSO4 mencegah kejang melalui aksi langsung pada sistem
saraf pusat.
7.
Penggunaan kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru tidak membahayakan janin tetapi efektivitasnya
masih diperdebatkan
8.
Persalinan segera harus
dipertimbangkan untuk berbagai indikasi yang disebutkan sebelumnya (Benson,
2008: 373-375).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar